Profil Desa Margoyoso
Ketahui informasi secara rinci Desa Margoyoso mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Margoyoso, Salaman, Magelang. Mengupas tuntas potensi sentra industri emping melinjo yang menjadi denyut nadi ekonomi, pesona wisata religi Makam Kyai Kerto, serta data demografi dan sosial masyarakatnya yang produktif.
-
Sentra Industri Emping Melinjo
Desa Margoyoso merupakan pusat produksi emping melinjo yang mapan, di mana mayoritas warganya terlibat dalam industri rumahan ini sebagai penggerak utama perekonomian lokal.
-
Situs Sejarah dan Religi
Memiliki aset wisata budaya dan spiritual yang penting berupa Makam Kyai Kerto, seorang tokoh bersejarah yang dihormati, yang menjadi tujuan ziarah bagi masyarakat luas.
-
Komunitas Padat dan Produktif
Meskipun memiliki luas wilayah yang relatif kecil, desa ini ditandai oleh kepadatan penduduk yang tinggi dengan etos kerja masyarakat yang kuat, khususnya dalam sektor industri rumahan.
Desa Margoyoso, sebuah wilayah yang hidup di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, adalah cerminan sempurna dari semangat kewirausahaan pedesaan yang berakar kuat pada tradisi. Desa ini telah membangun reputasi yang kokoh sebagai salah satu sentra utama industri rumahan emping melinjo, di mana hampir setiap rumah turut serta dalam denyut produksi yang menjadi tulang punggung ekonomi. Di samping geliat ekonominya yang khas, Margoyoso juga menyimpan pesona spiritual dan sejarah melalui keberadaan Makam Kyai Kerto, sebuah situs yang dihormati dan menjadi penanda identitas budaya masyarakatnya. Kombinasi antara produktivitas ekonomi dan kekayaan warisan inilah yang membentuk karakter unik Desa Margoyoso.
Letak Geografis dan Karakteristik Wilayah
Secara geografis, Desa Margoyoso terletak di area yang strategis dalam konstelasi Kecamatan Salaman. Wilayahnya tergolong tidak terlalu luas, dengan total area hanya sekitar 1,51 kilometer persegi. Karakteristik ini menjadikannya salah satu desa dengan wilayah paling kompak di kecamatan tersebut. Topografinya cenderung landai, menjadikannya area yang ideal untuk pemukiman padat dan pengembangan industri skala rumahan, meskipun lahan untuk pertanian skala besar menjadi lebih terbatas.Secara administratif, pemerintahan Desa Margoyoso membawahi lima dusun. Kelima dusun tersebut ialah Dusun Gadean, Gempalan, Giyanti, Krajan dan Punduhan. Pembagian ini memungkinkan pemerintah desa untuk menjalankan fungsi pelayanan dan pembangunan secara lebih efektif dan merata di seluruh penjuru wilayah. Meskipun kecil secara geografis, letaknya yang terhubung dengan baik ke desa-desa lain di Salaman menjadikannya mudah diakses, sebuah faktor penting yang mendukung distribusi produk unggulannya, emping melinjo, ke pasar yang lebih luas.
Demografi dan Tatanan Sosial Masyarakat
Dengan total penduduk mencapai 2.508 jiwa yang mendiami wilayah seluas 1,51 km², Desa Margoyoso memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yakni sekitar 1.661 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini secara signifikan membentuk tatanan sosial dan ekonomi masyarakat. Keterbatasan lahan pertanian mendorong warga untuk beralih ke sektor ekonomi alternatif yang tidak memerlukan lahan luas, yang kemudian melahirkan budaya industri rumahan yang mengakar kuat hingga hari ini.Masyarakat Margoyoso dikenal memiliki etos kerja yang tinggi, ulet, dan terampil. Keterampilan membuat emping melinjo diwariskan secara turun-temurun, menjadi sebuah pengetahuan komunal yang dimiliki oleh hampir setiap keluarga. Tatanan sosialnya sangat komunal dan kooperatif. Sering kali ditemukan kelompok-kelompok kerja informal di mana para tetangga saling membantu dalam proses produksi, mulai dari pengupasan kulit melinjo hingga proses pemipihan. Semangat gotong royong ini tidak hanya mempercepat produksi tetapi juga mempererat ikatan sosial antarwarga, menciptakan komunitas yang solid dan produktif.
Emping Melinjo sebagai Tulang Punggung Ekonomi Desa
Aktivitas ekonomi di Desa Margoyoso didominasi secara mutlak oleh industri pembuatan emping melinjo. Usaha ini telah menjadi denyut nadi yang menghidupi sebagian besar keluarga di desa tersebut. Hampir di setiap sudut desa, dapat dijumpai pemandangan khas aktivitas produksi emping, mulai dari tumpukan kulit melinjo, proses penjemuran, hingga suara ritmis dari palu yang digunakan untuk memipihkan biji melinjo. Industri ini merupakan contoh sempurna dari ekonomi kerakyatan yang tumbuh dari bawah.Rantai produksi emping melinjo melibatkan hampir seluruh anggota komunitas dalam berbagai peran. Sebagian warga fokus pada penyediaan bahan baku, sementara mayoritas, khususnya kaum ibu, menjadi tenaga utama dalam proses produksi yang memerlukan ketelitian dan kesabaran. Prosesnya sendiri cukup panjang, dimulai dari menyangrai biji melinjo, mengupas kulitnya, memipihkan atau "menggeprek" biji yang masih panas menjadi lempengan tipis, menjemurnya hingga kering, lalu menggoreng dan mengemasnya.Keberadaan industri ini memberikan dampak ekonomi yang sangat positif. Ia menyediakan sumber pendapatan harian yang stabil bagi masyarakat, mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian yang lahannya terbatas. Lebih dari itu, industri emping melinjo telah memberdayakan kaum perempuan, memberikan mereka peran ekonomi yang vital dalam keluarga. Produk emping dari Margoyoso telah dipasarkan secara luas, tidak hanya di pasar-pasar lokal di Magelang, tetapi juga telah merambah ke berbagai kota besar di Jawa Tengah dan sekitarnya, membuktikan kualitas dan reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Potensi Wisata Religi dan Pelestarian Sejarah Lokal
Di tengah kesibukan produksi emping, Desa Margoyoso menyimpan sebuah oase spiritual dan sejarah, yaitu kompleks Makam Kyai Kerto atau yang lebih akrab disebut Mbah Kerto. Kyai Kerto merupakan seorang tokoh historis yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat, diyakini sebagai salah satu figur penting dalam sejarah awal atau penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut. Keberadaan makamnya menjadi bukti fisik dari warisan sejarah dan budaya yang terus dijaga oleh generasi penerus.Situs makam ini telah berkembang menjadi destinasi wisata religi yang menarik para peziarah, terutama dari wilayah Magelang dan sekitarnya. Pada hari-hari tertentu, seperti malam Jumat Kliwon atau menjelang bulan Ramadan, kompleks makam ini akan ramai dikunjungi oleh warga yang datang untuk berdoa, mengenang, dan mencari berkah. Bagi masyarakat Margoyoso sendiri, Makam Kyai Kerto bukan sekadar tempat ziarah, melainkan juga pusat kegiatan keagamaan dan tradisi, seperti acara "nyadran" atau selamatan desa. Potensi ini, jika dikelola dengan baik melalui penambahan fasilitas pendukung dan narasi sejarah yang informatif, dapat dikembangkan menjadi paket wisata budaya yang unik, menawarkan pengalaman spiritual yang mendalam bagi pengunjung.
Pertanian sebagai Penopang dan Sektor Pendukung
Meskipun industri rumahan menjadi primadona, sektor pertanian tetap memiliki peran penting dalam ekosistem ekonomi Desa Margoyoso, terutama sebagai sektor pendukung. Fokus utama dari kegiatan pertanian di desa ini ialah budidaya pohon melinjo. Banyak warga menanam pohon melinjo di pekarangan rumah mereka, menjadikannya sebagai sumber bahan baku utama yang mudah diakses untuk industri emping. Ketersediaan bahan baku dari lingkungan sendiri membantu menekan biaya produksi dan menjaga keberlangsungan usaha.Selain pohon melinjo, warga juga memanfaatkan sisa lahan yang ada untuk menanam tanaman pangan subsisten seperti padi di area persawahan yang terbatas, serta berbagai jenis sayuran dan buah-buahan di pekarangan. Kegiatan pertanian ini utamanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sehari-hari. Dengan demikian, sektor pertanian di Margoyoso berfungsi sebagai jaring pengaman ketahanan pangan bagi masyarakat, selaras dan mendukung geliat industri rumahan yang menjadi motor utama perekonomian desa.
